BAB I PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Reaksi
oksidasi-reduksi banyak berperan dalam
kehidupan sehari-hari. Mulai dari pembakaran bahan bakar minyak bumi sampai
dengan kerja cairan pemutih yang digunakan dalam rumah tangga. Selain itu,
unsur logam dan nonlogam diperoleh dari bijihnya dari proses oksidasi atau
reduksi.
Dari sejarahnya, istilah oksidasi
diterapkan untuk proses-proses di mana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka
reduksi dianggap sebagai proses di mana oksigen diambil dari dalam suatu zat.
Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan
hidrogen disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain di mana baik oksigen
maupun hidrogen tidak ambil bagian belum dapat dikelompokkan sebagai oksidasi
atau reduksi, sebelum definisi oksidasi reduksi yang paling
umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron, disusun orang.
I. 2. Tujuan Penyusunan
Makalah
Adapun
tujuan dari penyusun makalah ini adalah:
a.
Untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Kimia Anorganik I
b.
Untuk mendapatkan
pengetahuan tentang reaksi oksidasi reduksi
c.
Mahasiswa dapat
menyetarakan reaksi oksidasi reduksi
BAB II ISI
II. 1. Reaksi Oksidasi Reduksi
Reaksi asam-basa dapat
dikenali sebagai proses transfer-proton. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
dikenal juga sebagai reaksi tranfer-elektron. Dalam
reaksi redoks, elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain. Reaksi
antara logam magnesium dan asam klorida merupakan satu contoh reaksi redoks:
0
|
|
+1
|
|
+2
|
|
0
|
Mg(s)
|
+
|
2HCl(aq)
|
→
|
MgCl2(aq)
|
+
|
H2(g)
|
Ingat bahwa
angka yang ditulis di atas unsur adalah bilangan oksidasi dari unsur tersebut. Dilepasnya
eletron
oleh
suatu unsur selama oksidasi ditandai dengan meningkatnya bilangan oksidasi
unsur itu. Dalam reduksi, terjadi penurunan bilangan oksidasi karena
diperolehnya elektron oleh unsur tersebut. Dalam reaksi yang ditunjukkan di
sini, logam Mg dioksidasi dan ion H+ direduksi; ion Cl-
adalah ion pengamat.
A. Reaksi Oksidasi dan Reduksi
Berdasarkan Penggabungan dan Pelepasan Oksigen.
Penggabungan
dan pelepasan oksigen adalah konsep awal pada defenisi reaksi redoks. Hal ini
didasarkan pada kemampuan gas oksigen untuk bereaksi dengan berbagai unsur
membentuk suatu oksida.
Oksidasi
adalah peristiwa penggabungan suatu
zat dengan oksigen. Zat yang member oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator.
Contoh
reaksi oksidasi:
Ø 2Cu(s) + O2(g) →
2CuO(s)
Ø 2 Fe(s) + O2(g) →
2FeO(s)
Ø CH4(g) + 2O2(g)
→ CO2(g) + 2H2O(l)
Reduksi adalah proses pelepasan oksigen dari
suatu zat. Zat yang menarik oksigen pada reaksi oksidasi disebut reduktor.
Contoh reaksi reduksi:
Ø CuO(s) → Cu(s) + O2(g)
Ø 2SO3(s) → 2SO2(s) + O2(g)
Ø PbO(s) → Pb(s) + O2(g)
B. Konsep Reaksi Oksidasi dan
Reduksi Berdasarkan Pelepasan dan Penangkapan Elektron
Reaksi oksidasi adalah reaksi
pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah reaksi penangkapan elektron.
Dilihat dari serah terima elektron di atas reaksi reduksi dan oksidasi selalu
terjadi secara bersama-sama sehingga akan ada zat yang melepas dan menangkap elektron oleh karena itu reaksi tersebut
disebut reaksi oksidasi dan reduksi (redoks). Beberapa contoh reaksi
yang dapat menjelaskan peristiwa di atas sebagai berikut:
Oksidasi:
Na → Na+ + e
Zn → Zn2+ + 2e
Reduksi:
K+ + e → K
Cu2+ + 2e → Cu
Zat yang mengalami oksidasi
(melepaskan elektron) disebut reduktor (pereduksi), sebab menyebabkan
zat lain mengalami reduksi (menangkap elektron). Sebaliknya zat yang mengalami reduksi disebut oksidator (pengoksidasi), misalnya untuk reaksi
Zn + Cu2+ → Zn2+
+ Cu
Zn teroksidasi menjadi Zn2+,
maka Zn merupakan reduktor, sedangkan Cu2+ tereduksi menjadi Cu maka merupakan oksidator. Reduktor dan oksidator dapat
ditentukan dengan menuliskan persamaan reaksi oksidasi dan reduksi dengan cara setengah reaksi. perhatikan
contoh dibawah ini:
Reaksi antara Ag dan Cl2 membentuk AgCl
Oksidasi:
Ag(s) → Ag+ (s) + e
Reduksi
: Cl2(g) + 2e → 2Cl-(g)
2Ag(s) + Cl2(g) → Ag+ (s)
+ Cl-(g)
C. Konsep Reaksi Oksidasi dan
Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Pengertian reaksi redoks selanjutnya
berkembang menjadi lebih luas. Konsep reaksi redoks yang terakhir dan masih
digunakan sampai sekarang adalah berdasarkan biloks.Konsep redoks yang berdasarkan
bilangan oksidasi adalah sebagai berikut:
Reaksi redoks adalah reaksi yang mana terjadi
perubahan bilangan oksidasi dari atom sebelum dan sesudah reaksi. Dilihat dari bilangan
oksidasinya maka oksidasi dan reduksi
dapat didefinisikan sebagai berikut:
Oksidasi: peningkatan bilangan oksidasi.
bilangan oksidasinya bertambah (oksidasi), yang disebut reduktor.
Reduksi: penurunan bilangan oksidasi.
bilangan oksidasinya berkurang (reduksi), yang disebut oksidator.
Sebelum kita mempelajari lebih jauh
reaksi redoks berdasarkan perubahan bilangan oksidasi maka harus dipahami dulu apa itu bilangan oksidasi.
Bilangan
Oksidasi
Bilangan
oksidasi yaitu
bilangan yang menyatakan banyaknya elektron yang telah dilepaskan atau diterima
oleh suatu muatan yang dimiliki oleh suatu atom dalam suatu senyawa.
Biloks diberi tanda positif jika
atom itu melepaskan elektron dan diberi tanda negatif jika atom itu menerima
elektron.
Bagaimana kita bisa menentukan
apakah suatu unsur dalam senyawa memiliki biloks positif atau negatif?
Perhatikan deret unsur berdasarkan keelektronegatifannya berikut ini.
Logam<
H < P < C < S < I < Br < Cl < N < O < F
Jika unsur diatas bereaksi membentuk senyawa, maka
unsur yang posisinya lebih kiri akan mempunyai biloks positif. Sementara itu
unsur yang posisinya lebih kanan akan mempunyai biloks negatif.
Untuk menentukan bilangan oksidasi
berbagai unsur dalam senyawa disusun aturan sebagai berikut:
1.
Bilangan oksidasi atom unsur dalam keadaan unsur bebasnya
adalah nol.
Contoh :
Bilangan okisdasi Na, Fe, H2, N2, O2
berturut-turut = 0
2.
Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh
: Bilangan oksidasi ion Cu2+ = +2
Na+ = +1 Al3+ = +3
3.
Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam senyawa adalah nol sedangkan untuk ion poliatomik
jumlah bilangan oksidasi pembentuk ion tersebut harus sama dengan muatan ion
poliatomik tersebut.
Contoh : Tentukan bilangan oksidasi C dalam H2CO3
Berlaku : (2 x biloks H) + (1 x biloks C) + (3 x Biloks O) =
0
(2 x +1) + (1 x biloks C) +(3 x -2) = 0
2 + (1 x biloks C) + -6 = 0
(1 x biloks C) = +4
4. Bilangan oksidasi unsur-unsur
golongan VII A , atom F, Cl, Br, I selalu mempunyai bilangan oksidai -1
dalam senyawa biner logam.
Contoh : HF, NaBr, FeCl3 bilangan oksidasi F,
Br, Cl berturut-turut= -1
5. Atom unsur golongan IA mempunyai
bilangan oksidasi +1 dalam senyawanya.
Contoh
: Li , Na, K, Rb Cs mempunyai biloks = +1
6. Atom unsur golongan IIA mempunyai
bilangan oksidasi +2 dalam senyawanya.
Contoh : Be, Mg, Ca, Sr, Ba
mempunyai biloks = +2
7. Dalam senyawanya, atom H mempunyai
bilangan oksidasi +1, kecuali dalam senyawa hidrida logam atom H mempunyai
bilangan oksidasi -1.
Contoh
: Bilangan okisdasi H dalam HCl, H2O dan NH3 berturut- turut = +1. Bilangan
oksidasi H dalam NaH, BaH2 = -1
8. Oksigen mempunyai bilangan oksidasi
-2, dengan pengecualian:
a. Dalam senyawa biner dengan F, O
mempunyai bilangan oksidasi +2
b. Dalam peroksida mempunyai bilangan
oksidasi -1.
Contoh : Bilangan oksidasi O dalam H2O, NO, CO2
berturut-turut adalah -2
Bilangan
oksidasi O dalam H2O2, Na2O2
berturut-turut adalah -1
II.
2. Penyetaraan Reaksi Oksidasi Reduksi
Salah satu
teknik yang digunakan dalam menyetarakan persamaan redoks menggunakan metode ion-elektron.
Dalam metode ini, reaksi keseluruhan dibagi menjadi dua setengah reaksi, satu
untuk oksidasi dan satu untuk reduksi. Persamaan untuk kedua setengah reaksi
ini disetarakan secara terpisah, dan kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan
persamaan setara keseluruhannya.
Contohnya, misalkan kita diminta untuk
menyetarakan persamaan yang menunjukkan terjadinya oksidasi ion Fe2+
menjadi ion Fe3+ oleh ion dikromat (Cr2O72-)
dalam medium asam. Sebagai hasilnya, ion Cr2O72-
tereduksi menjadi ion-ion Cr3+. Tahap tahap berikut ini akan
membantu kita menyetarakan persamaannya.
Tahap 1. Tulis
persamaan tak setara untuk reaksi ini dalam bentuk ionik.
Fe2+
+ Cr2O72- → Fe3+ + Cr3+
Tahap 2. Pisahkan
persamaan tersebut menjadi dua setengah reaksi.
|
+2
|
|
+3
|
Oksidasi:
|
Fe2+
|
→
|
Fe3+
|
|
+6
|
|
+3
|
Reduksi:
|
Cr2O72-
|
→
|
Cr3+
|
Tahap
3. Setarakan atom yang bukan O dan H disetiap setengah reaksi secara terpisah.
Setengah
reaksi oksidasi sudah setara untuk atom Fe. Untuk setengah reaksi reduksi kita
kalikan Cr3+ dengan 2 untuk menyetarakan atom Cr.
Cr2O72-
→ 2Cr3+
Tahap
4. Untuk reaksi dalam medium asam, tambahkan H2O untuk menyetarakan
atom O dan tambahkan H+ untuk, menyetarakan ataom H.
Karena
reaksi berlangsung dalam lingkungann asam, kita tambahan 7 molekul H2O
di sebelah kanan setengah reaksi reduksi untuk menyetarakan atom O:
Cr2O72-
→ 2Cr3+ + 7H2O
Untuk
menyetarakan atom H, kita tambahkan 14 ion H+ sebelah kiri:
14H+
+ Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
Tahap
5. Tambahkan elektron pada salah satu sisi dari setiap setengah reaksi untuk
menyetarakan muatan. Jika perlu, samakan jumlah elektron di kedua setengah
reaksi dengan cara mengalikan satu atau kedua setengah reaksi dengan koefisien
yang sesuai.
Untuk
setengah reaksi oksidasi kita tuliskan:
Fe2+
|
→
|
Fe3+ + e-
|
Kita
tambahkan 1 elektron di sisi kanan sehingga terdapat satu muatan 2+ pada setiap
sisi dari setengah reaksi.
Dalam
setengah reaksi reduksi terdapat total
12 muatan positif pada sisi kiri dan hanya 6 muatan positif pada sisi kanan.
Jadi, kita tambahkan 6 elektron di sebelah kiri.
14H+
+ Cr2O72- + 6e- → 2Cr3+
+ 7H2O
Untuk
menyamakan banyaknya elektron pada kedua setengah reaksi, kita kalikan setengah
reaksi oksidasi dengan 6:
6Fe2+
|
→
|
6Fe3+ + 6e-
|
Tahap
6. Jumlahkan kedua setengah reaksi dan setarakan persamaan akhir dengan
pengamatan. Elektron-elektron di kedua
sisi harus saling meniadakan.
Kedua
setengah reaksi dijumlahkan sehingga diperoleh:
14H+
+ Cr2O72- + 6Fe2+ + 6e- →
2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O + 6e-
Elektron
pada kedua sisi saling meniadakan, dan kita mendapatkan persamaan ionik bersih
yang sudah setara:
14H+
+ Cr2O72- + 6Fe2+ → 2Cr3+
+ 6Fe3+ + 7H2O
Tahap
7. Periksa kembali apakah persamaan ini mengandung jenis dan jumlah atom yang
sama serta periksa juga apakah muatan pada kedua sisi persamaan sudah sama.
Untuk
reaksi dalam medium basa, kita biasanya akan menyetarakan atom seperti yang
telah kita lakukan pada tahap 4 untuk medium asam. Lalu, untuk setiap ion H+
biasanya kita tambahkan ion OH- yang sama banyaknya di kedua sisi
persamaan. Jika H+ dan OH‑ muncul pada sisi yang sama
dari persamaan, kita biasanya akan menggabungkan ion-ion tersebut menjadi H2O.
II.
3. Kespontanan Reaksi Oksidasi Reduksi
Selanjutnya kita
akan melihat bagaimana Eo sel dihubungkan dengan kuantitas
termodinamika seperti ∆Go dan K. Dalam sel galvanik, energi kimia
diubah menjadi energi listrik.
Emf terukur
ialah voltase maksimum yang dapat dicapai oleh sel. Nilai ini digunakan untuk
menghitung jumlah maksimum energi listrik yang dapat diperoleh dari reaksi
kimia. Energi ini digunakan untuk melakukan kerja listrik (Wele),
sehingga
Wmaks = Wele (elektrical)
= -nFEsel
Secara spesifik,
perubahan energi bebas (∆G) menyatakan jumlah maksimum kerja berguna yang dapat
diperoleh dari suatu reaksi:
∆G = wmaks
Jadi,
kita dapat menuliskan
∆G = -nFEsel
Baik
n maupun F adalah kuantitas positif dan ∆G adalah negatif untuk proses spontan,
sehingga Esel harus positif. Untuk reaksi yang reaktan dan produknya
ada dalam keadaan standar, persamaan di atas menjadi
∆Go = -nFEosel
Sekali
lagi, Eosel positif untuk proses yang spontan.
Sekarang dapat
menghubungkan Eosel dengan konstanta kesetimbangan (K)
dari reaksi redoks. Perubahan energi bebas standar ∆Go untuk reaksi
dihubungkan dengan konstanta kesetimbangannya sebagai :
∆Go = -RT ln K
Jadi,
jika kita gabungkan persamaan akan kita peroleh :
-nFEosel = -RT ln K
Sehingga
diperoleh untuk Eosel
Eosel =
Bila
T = 298 K, dapat disederhanakan dengan mensubstitusi R dan F :
Eosel =
=
ln
K
Alternatifnya,
persamaan diatas dapat ditulis menggunakan logritma basis-10 dari K :
Eosel =
Jadi, jika salah satu dari ketiga kuantitas ∆Go,
K atau Eosel diketahui, 2 lainnya dapat dihitung.
Hubungan-hubungan antara ∆Go, K dan Eosel dan
karakteristik dari kespontanan reaksi redoks dimuat secara ringkas pada tabel.
Tabel Hubungan antara ∆Go, K, dan Eosel
|
|||
∆Go
|
K
|
Eosel
|
Reaksi Pada
Kondisi Keadaan-Standar
|
Negatif
|
> 1
|
Positif
|
Spontan
|
0
|
= 1
|
0
|
Pada Kesetimbangan
|
Positif
|
< 1
|
Negatif
|
Nonspontan. Reaksi spontan pada arah berlawanan
|
II. 4. Pengukuran kecendrungan Oksidasi
dan Reduksi
Pengukuran daya
elektomotif
Setengah sel terdiri
dari elektrode logam M yang terendam dalam larutan ionnya, Mn+. (Anion yang dibutuhkan untuk menjaga kenetralan
listrik larutan tersebut tidak diperhatikan). Situasi
yang digambarkan disini terbatas pada logam yang tidak bereaksi dengan air.
Pada gambar di samping, melukiskan
suatu pelat logam M,disebut elektrode,yang terendam dalam larutan yang
mengandung ion logam Mn+. Keseluruhan
susunan ini, dinamakan
setengah sel. Ada tiga jenis
interaksi yang dapat terjadi antara atom logam elektrode dan ion logam larutan.
Ø
Ion logam Mn+ dapat
menabrak elektrode tanpa suatu perubahan.
Ø
Ion logam menabrak
elektrode,mendapatkan elektron sebanyak n dan diubah menjadi atom logam M. Ion
tersebut direduksi.
Ø
Atom logam M elektrode
dapat kehilangan elektron sebanyak n dan memasuki larutan sebagai ion Mn+.Atom
logam tersebut dioksidasi.
Keseimbangan
antara logam dan ionnya yang dapat tercapai dengan cepat dituliskan sebagai
berikut :
M(p) Mn+(aq)+n e-
Jumlah keseluruhan elektron pada elektrode sebelum
dan sesudah keseimbangan tercapai akan sedikit berbeda. Akibatnya elektrode
akan mendapatkan sedikit muatan listrik sedangkan larutannya mempunyai muatan
yang berlawanan.
Besarnya
muatan pada elektrode, bila berada dalam keseimbangan dengan ionnya dalam
larutan, ternyata berhubungan langsung dengan kecendrungan atom logam untuk
teroksidasi dan ion logam tereduksi. Dengan demikian, semakin kuat kecendrungan
oksidasi maka semakin negatif muatan pada elektrode (karena elektron tertinggal
didalam atom yang teroksidasi). Atau, semakin kuat kecendrungan reduksi maka
semakin positif muatan pada elektrode tersebut (karena elektron di ekstraksi
dari permukaan logam oleh ion ketika permukaan tersebut tereduksi). Tetapi ada
kesulitan bila kita mencoba untuk menggunakan besarnya muatan pada elektrode
sebagai kriteria kecendrungan oksidasi dan reduksi. Besarnya muatan akan
tergantung pada ukuran elektrode, atau lebih tepatnya luas permukaannya. Semakin
besar luas permukaan elektrode yang berhubungan dengan larutan makin besarlah
muatan yang terakumulasi bilamana keseimbangan tercapai. Masalah ini dapat
diatasi dengan penetapan rapatan muatan,yaitu muatan per unit luas pada
permukaan elektrode. Kuantitas ini akan tak tergantung pada luas permukaan
total. Kemudian, rapatan muatan menetapkan potensial listrik pada permukaan
elektrode.
Proses hipotesis tersebut dapat digunakan untuk
mengevaluasi kuantitas yang dikenal sebagai potensial elektrode tunggal. Tidak
seorang pun mampu merancang percobaan untuk mengukur potensial elektrode
tunggal. Dalam beberapa kasus sebelumnya kita mengembangkan metode tidak
langsung yang menghasilkan hal yang sama seperti penggunaan hukum Hess. Disini
kita membicarakan daour termokimia yang mengarah pada penaksiran tak langsung
potensial alektrode tunggal, tetapi metode ini tak mampu menghasilkan nilai
yang cermat dan akurat.
Untungnya
ada metode percobaan langsung yang memberikan hasil yang sangat cermat, yaitu
berdasarkan penentuan percobaan potensial antara dua elektrode. Bila dibuat
suatu hubungan listrik antara dua daerah yang mempunyai rapatan muatan yang
berbeda maka muatan listrik akan mengalir dari daerah yang mempunyai rapatan
muatan yang lebih tinggi atau potensial listrik yang lebih tinggi menuju daerah
dengan rapatan muatan atau potensial listrik yang lebih rendah. Aliran muatan
listrik ini disebut aliran listrik, bila antara dua titik perbedaan potensialny
a makin besar, maka makin besar pula alirannya. Perbedaan potensial listrik kecil
cukup untuk menghasilkan muatan listrik. Hal ini analog dengan air yang selalu
akan mengalir dari tempat tinggi ke rendah, tak perduli walaupun perbedaan itu
kecil saj asalkan kedua tempat itu berhubungan.
Jadi sebagai kesimpulan kita harus menggeser perhatian kita dari setengah-sel, ke gabungan dua setengah-sel. Gabungan dua setengah-sel disebut sel elektrokimia. Hubungan listrik antara dua setengah-sel harus dilakukan dengan cara tertentu. Kedua elektrode logam dan larutannya harus berhubungan, dengan demikian lingkar arus yang sinambung terbentuk dan merupakn jalan agar paertikel bermuatan mengalir. Secara sederhan aelektrode salng dihubungkan dengan kawat logam yang memungkinkan aliran elektron.
Pengukuran daya elektromotif suatu sel
|
Aliran listrik antara
dua larutan harus terbentuk migrasi ion. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui
larutan lain yang “menjembatani” kedua setengah sel dan tak dapat dengan kawat
biasa; hubungan ini disebut jembatan garam (=salt bridge).
Bila hubungan ini telah
dibuat seperti terlukis dalam gambar di atas maka terjadilah perubahan berikut ini. Pada
elektrode tembaga maka atom tembaga kehilangan elektronnya dan memasuki larutan
sebagai ion Cu2+ . Elektron dari tembaga mengalir melalui kawat dan
lingkar arus pengukur listrik menuju ke elektrode perak. Di sini ion Ag+ memperoleh
elektron dan mengendap sebagai logam perak. Tanpa adanya jembatan garam maka
larutan dalam setengah-sel tembaga akan kelebihan Cu2+ dan bermuatan
positif. Sedangkan dalam setengah-sel perak akan kekurangan Ag+ dan
kelebihan anion juga larutannya menumpuk muatan negatif. Dengan demikian arus
listrik berhenti mengalir. Jembatan garam memungkinkan aliran arus listrik
antara kedua larutan. Kalau kita lihat setengah-sel tembaga maka kelebihan ion Cu2+
dalam setengah-sel ini akan memasuki jembatan garam dan bermigrasi menuju
setengah-sel perak. Juga anion dari jembatan garam (NO3-)
pindah ke setengah-sel tembaga. Dalam setengah-sel perak, ion NO3-
bermigrasi keluar dari setengah setengah-sel
tersebut, sedangkan ion K+ dari jembatan garam bermigrasi ke
dalamnya. Reaksi keseluruhan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Oksidasi : Cu(p) Cu2+(aq) + 2e-
Reduksi: 2{Ag+ (aq) + e- Ag(p)}
Keseluruhan: Cu(p) + 2 Ag+ (aq) Cu2+ (aq) + 2 Ag(p)
Pembacaan pada
pengukuran lingkar arus listrik (0,463 V) juga berarti penting. Hal ini
menunjukkan perbedaan potensial di antara
dua setengah-sel tersebut. Karena perbedaan potensial ini merupakan “daya
dorong” elektron, maka seringkali disebut daya
elektromotif (electromotive force=emf) sel atau potensial sel (cell potensial). Satuan yang digunakan untuk mengukur potensial listrik adalah
volt, jadi potensial sel disebut juga dengan voltase sel (cell voltage). Satu defenisi satuan yaitu volt, dapat
membantu menghubungkannya dengan satuan lain. Aliran satu coulomb muatan listik
yang disebabkan perbedaan potensial sebesar satu volt akan menghasilkan
kuantitas kerja sebesar satu joule.
1 joule (J) = 1
volt (V) x 1 coulomb
(C)
Seng mempunyai kecendrungan yang lebih besar untuk teroksidasi
bila dibandingkan
dengan tembaga. Dengan
demikian elektron mengalir dari seng ke
elektrode tembaga. Reaksi
yang terjadi secara spontan dalam
sel elektrokimia tersebut adalah sebagai berikut.
Oksidasi:
Zn(s) Zn2+(aq)
+ 2e-
Reduksi: Cu2+(aq) + 2e-
Cu(s)
Keseluruhan: Zn(s)
+ Cu2+(aq) Zn2+(aq)
+ Cu(s)
Penggantian
Zn2+(aq) oleh Cu(s)
yang merupakan kebalikan reaksi di
atas
tidak berjalan secara spontan.
Reaksi Zn(s) + Cu2+(aq)
→ Zn2+(aq)
+ Cu(s)
Terjadi dalam sel elektrokimia
|
Pengukuran Ketepatan
Potensial Sel. Harga emf suatu sel elektrokimia dapat diukur dengan emf sel digunakan untuk mengatasi
tahanan listrik intern sel, dan karena arus berasal dari sel maka terjadilah
perubahan konsentrasi spesies dalam bagian setengah-sel. Perubahan konsentrasi
ini menyebabkan potensial elektrode berubah, yang berkaitan dengan menurunnya
perbedaan potensial. Hal ini analog dengan perbedaan tinggi air yang makin
kecil bila air mengalir di antara dua ketinggian air yang berbeda, atau
perbedaan suhu dua benda makin kecil bila panas mengalir antara dua benda
tersebut.
Peralatan paling sederhana untuk pengukuran perbedaan
potensial listrik adalah voltmeter
biasa, tetapi harus ada arus listrik yang cukup agar voltmeter dapat mencatat
suatu harga. Voltmeter tak akan memberikan harga emf sel dengan ketepatan
tinggi. Pada alat yang dikenal sebagai potensiometer
maka aliran arus listrik dari sel elektrokimia yang diamati akan melawan
arus yang sama besar yang mengalir dengan arah yang berlawanan dan berasal dari
kedua sel mempunyai emf yang sama besar tetapi berlawanan harganya.
Diagram Sel dan
Istilah. Membuat sketsa sel elektrokimia seperti gambat-gambar di atas melelahkan dan menyulitkan. Penulisan dengan lambang
kerapkali digunakan untuk menggambarkan sebuah sel. Penulisan ini disebut diagram sel. Untuk sel elektrokimia
dari gambar yang terakhir
akan dituliskan sebagai berikut.
anode
jembatan garam katode
Zn (s) | Zn2+ (aq) ||
Cu2+(aq) | Cu(s)
Setengah sel setengah sel
Berdasarkan
konveksi, maka sebelah kiri
merupakan elektrode dimana terjadi oksidasi
dan disebelah kanan terjadi reduksi.
II. 5. Reaksi Autoredoks (disproporsionasi)
Reaksi disproporsionasi adalah reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya
merupakan zat yang sama. Reaksi autoredoks merupakan reaksi redoks yang mana pereaksi
mengalami oksidasi sekaligus reduksi.
Contoh: Cl2(g) + NaOH(aq) → NaCl(aq)
+ NaClO(aq) + H2O(l)
Pada reaksi tersebut Cl2
merupakan pereduksi sekaligus pengoksidasi. Biloks Cl dalam Cl2 = 0,
sedangkan biloks Cl dalam NaCl dan NaClO berturut-turut -1 dan +1.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
III. 1. Kesimpulan
Oksidasi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion,
atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadadaan oksidasinya berubah ke
harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh
elektron, dan dalam proses itu, zat tersebut direduksi. Definisi oksidasi ini
sangat umum, karena itu berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan
maupun gas.
Sebalik, reduksi adalah suatu
proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih oleh zat (atom,
ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi
lebih negatif (kurang positif). Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang
kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi ini
juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan maupun
gas.
Dari semua contoh di atas, nampak
bahwa selalu oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak. Ini
sangat jelas, karena elektron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil
oleh zat yang lain. Jika orang membicarakan oksidasi satu zat, ia harus ingat
bahwa pada saat yang sama reduksi dari sesuatu zat yang lain juga berlangsung.
Oleh karena itu logis untuk berbicara mengenai reaksi oksidasi reduksi (atau
reaksi redoks). Bila merujuk ke proses-proses yang melibatkan serah terima
muatan.
III.
2.
Saran
Demikian
makalah ini penulis susun. Dan penulis mengucapkan terima kasih atas pihak yang
telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Penulis merasa cukup sekian kata penutup yang
disampaikan.“Tak ada gading yang tak retak”.Dalam makalah ini penulis merasa
masih banyak kekurangan.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
perbaikan makalah ini,dan
penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Chang, Raymond.
2005.”Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti”. Erlangga. Edisi ke Tiga. Jilid 1.
Halaman 100. Jakarta
Chang, Raymond.
2005.”Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti”. Erlangga. Edisi ke Tiga. Jilid 2.
Halaman 204-206. Jakarta
Petrucci, Ralph.
1985. “Kimia Dasar dan Terapan Modern”. Erlangga. Jilid 3. Halaman 8-13.
Jakarta
Svehla, G. 1985.
“Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro”. PT. Kalman Media
Pusaka. Edisi ke Lima. Bagian I. Halaman 107-108. Jakarta
terimakasih
BalasHapusartikelnya sangan membantu