BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah melarutkan garam
dapur dalam air, kemudian diaduk sehingga garam tersebut akan larut. Ketika
kita tambahkan kembali satu sendok garam dapur ke dalam larutan garam tersebut,
maka garam tidak dapat larut kembali, karena larutan tersebut telah lewat
jenuh.
Pada pokok pembahasan Asam Basa kita ketahui bahwa asam
dan basa akan bereaksi menghasilkan garam.Garam
merupakan senyawa ion, yang terdiri dari kation logam dan anion sisa asam.Kation
garam dapat dikatakan
berasal dari suatu
basa, sedangkan
anionnya berasal dari suatu asam.
Hidrolisis garam dari asam kuat dan basa kuat bersifat
netral, Garam dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam, garam dari asam
lemah dan basa kuat bersifat basa, dan garam dari asam lemah dan basa lemah
bergantung pada Nilai Ka dan Kb-nya.
Konsep
dari hidrolisis itu sendiri merupakan reaksi
antara dua molekul air untuk membentuk ion hidronium dan ion hidroksida.Hidrolisis
kation akan menghasilkan ion H3O+, sedangkan hidrolisis anion akan
menghasilkan ion OH-.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari pokok pembahasan ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mengetahui
beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air.
2.
Memahami
kation dan anion yang dapat mengalami hidrolisis.
3.
Mengenal
Oksida pembentuk asam basa.
4.
Mengetahui
Asam Okso dan hal yang mempengaruhi kekuatan asam okso.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Hidrolisis
Kata “hidrolisis” diturunkan dari kata Yunani (hidro),
yang berarti “air” dan “lisis” yang berarti “penguraian”. Pada hidrolisis garam dapat diartikan sebagai
penguraian garam oleh air,atau reaksi anion atau kation suatu garam dengan air
yang menghasilkan asam atau basa.
Larutan
garam dalam air, ada yang bersifat asam, basa, atau netral. Hal ini terjadi
karena komponen garam ( kation dan anion ) yang berasal dari asam lemah atau
basa lemah bereaksi
dengan air ( terhidrolisis ).
Berikut beberapa macam hidrolisis,
yaitu:
1. Hidrolisis
Total
Pada hidrolisis total yang
terhidrolisis adalah garam anion dan kationnya yang berasal dari asam lemah dan
basa lemah. Contoh : CH3COONH4, NH4NO2,
NH4CN. Hidrolisis kationnya mengakibatkan pembentukan basa lemah
yang tak berdisosiasi.


Sedangkan hidrolisis anionnya
menghasilkan asam lemah :
A-

+ H2O HA + OH-


Ion – ion hidrogen dan hidroksil
yang terbentuk akan bergabung kembali membentuk air:


Persamaan ini tidak boleh
dijumlahkan, kecuali apabila tetapan disosiasinya dari asam dan basa tersebut kebetulan
sama. Suatu larutan yang mengandung garam dari asam lemah dan basa lemah ini
bersifat asam, basa, atau netral tergantung pada kekuatan relatif dari asam
lemah dan basa lemah tersebut. Berikut tiga hal yang terdapat terjadi:
·
Kb
> Ka
Larutan akan bersifat basa (
pH> 7 ), karena anionnya (OH-) terhidrolisis
lebih banyak disebabkan oleh konsentrasi anionnya lebih besar dari pada
kationnya (H+).
·
Kb
< Ka
Larutan bersifat asam ( pH< 7
), karena hidrolisis kation ( ion H+ ) terjadi lebih banyak.
Hal ini disebabkan oleh konsentrasi kationnya lebih besar dari konsentrasi
anionnya (OH-).
·
Ka
= Kb
Larutan nyaris netral ( pH = 7 ),
berarti konsentrasi kation dan anion yang dihasilkan adalah sama sehingga garam
tersebut bersifat netral.
2. Hidrolisis Partial atau Sebagian
Pada
hidrolisis sebagian hanya anion atau kationnya saja yang mengalami reaksi
hidrolisis. Jenis hidrolisis ini terbagi menjadi hidrolisis kation dan
hidolisis anion.
·
Hidrolisis
kation
Garam
yang anionnya berasal dari asam kuat dan kation dari basa lemah, ketika larut
dalam air akan menghasilkan ion H+, sehingga larutannya bersifat
asam. Kation-kation ini merupakan asam konjugat dari basa lemah seperti Al3+,
NH4+,Li+.
Contoh:
NH4Cl, NH4NO3
|

Kation
NH4+ dari basa lemah NH3 akan terhidrolisis,
sedangkan anion Cl- tidak terhidrolisis karena berasal dari asam
kuat HCl.


Adanya
ion H+ yang dihasilkan dalam reaksi yang dihasilkan menunjukkan
bahwa larutan garam tersebut bersifat asam, dan ion Cl- yang berasal dari asam
kuat, tidak bereaksi dengan air (tidak terhidrolisis) sehingga terjadi
hidrolisis parsial.
·
Hidrolisis
Anion
Pada
hidrolisis anion terjadi reaksi garam yang kationnya berasal dari basa kuat dan
anionnya dari asam lemah yang akan terionisasi dalam air menghasilkan ion OH-
sehingga larutannya bersifat basa.
Contoh:
CH3COONa, CH3COOK, NaF






Anion
CH3COO-,
dan F-dari
asam lemah CH3COOH memiliki afinitas untuk ion H+ akan
terhidrolisis sesuai persamaan reaksi berikut:




Adanya
ion OH-
dalam hasil reaksi menunjukkan bahwa larutan garam tersebut bersifat basa.
3.
Garam
yang tidak Mengalami Hidrolisis
Garam
ini menghasilkan larutan netral, terjadi dari asam kuat dan basa kuat. Apabila
dilarutkan dalam air, akan menunjukkan reaksi netral karena baik anion maupun
kationnya hanya terhidrasi oleh air dan tidak mengalami reaksi dengan air.
Sehingga garam tersebut tidak terhidrolisis dalam air.Akibatnya, konsentrasi
ion H+ tidak berubah terhadap konsentrasi ion OH-.
Larutan tersebut memiliki pH = 7.
Umumnya
ini terjadi pada garam yang mengandung ion logam alkali atau ion logam alkali
(kecuali Be2+) dan basa konjugat suatu asam kuat (misalnya, Cl-,
Br-, dan NO3-) tidak mengalami hidrolisis
dalam jumlah banyak.
Misalnya, bila KBr suatu garam
yang terbentuk oleh reaksi asam kuat HBr dan basa KOH,

Apabila
larut dalam air, garam ini terurai sempurna menjadi:

Ion
K+
tidak memberi dan menerima ion H+. Ion
Br-
adalah basa konjugat dari asam kuat HBr dan tidak memiliki afinitas untuk ion H+. Akibatnya suatu
larutan yang mengandung ion K+
dan Br-akan
netral, dengan pH=7.
2.2. Hidrasi
Hidrasi adalah proses pada saat ion dikelilingi oleh
molekul air untuk membantu menstabilkan ion – ion dalam larutan dan mencegah
kation bergabung kembali dengan anionnya.
Air sebagai pelarut yang sangat efektif untuk
senyawa-senyawa ionik. Walaupun air merupakan molekul yang bermuatan netral,
tetapi memiliki ujung bermuatan positif (atom H) dan ujung bermuatan negatif
(atom O). Oleh sebab itu, air dianggap sebagai pelarut polar. Ketika senyawa
ionik seperti natrium klorida dilarutkan dalam air maka tiga dimensi dari ion –
ion dalam padatan akan rusak, dan ion – ion Na+ dan Cl-
akan terpisah. Setiap ion Na+ akan dikelilingi oleh sejumlah molekul
air yang mengarahkan ujung negatifnya ke arah kation, dan setiap ion Cl-
dikelilingi molekul air yang ujung positifnya diarahkan pada anion. Inilah yang
dinamakan Hidrasi yaitu sebuah proses pada saat ion dikelilingi oleh
molekul-molekul air yang tersusun dalam keadaan tertentu.
2.3 Hidroksida
Hidroksida adalah basa anorganik yang mengandung ion
hidroksida (Ion OH-). Sedangkan basa anorganik adalah basa-basa dengan gugus
–OH-nya terikat pada logam. Contoh: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Al(OH)3.
Senyawa anion seperti ini apabila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan ion logam aqua dan ion hidroksida sehingga zat bersifat basa.

Ion
OH-
mempunyai kemampuan membentuk jembatan antara ion-ion logam. Terdapat berbagai
senyawa logam transisi dan logam lain yang mengandung jembatan OH- antara pasangan atom
logam seperti :




M M
2.4 Oksida
Oksida adalah senyawa kimia yang terbentuk antara suatu unsur dan oksigen. Oksigen dapat membentuk senyawa
oksida dengan hampir semua unsur, kecuali beberapa gas mulia. Berdasarkan pada jenis unsur dan sifat oksida yang terbentuk,
terdapat beberapa macam oksida, yaitu oksida asam, oksida basa dan oksida
amfoter.
·
Oksida
Asam
Oksida asam adalah oksida yang terbentuk antara unsur non
logam dan oksigen. Contohnya: N2O, N2O5, CO,
CO2, SO3 dan lain-lain
·
Oksida
Basa
Oksida Basa adalah oksida yang terbentuk antara unsur
logam dan oksigen. Umumnya dalam bentuk padat dan dapat membentuk larutan basa
didalam air. Contohnya:


·
Oksida
Amfoter
Oksida Amfoter adalah oksida yang terbentuk antara unsur
metaloid atau semi logam dengan oksigen. Oksida amfoter bersifat sebagai oksida
asam dalam keadaan basa, dan sebagai oksida basa dalam keadaan asam. Contohnya:
Al2O3 bertindak sebagai basa dengan
HCL menghasilkan garam AlCl3 dan air.

Dan Al2O3 bertindak sebagai asam
dengan NaOH:

2.5 Hidrokso
anion
Hidrokso adalah penamaan untuk ion OH-
yang terikat sebagai ligan pada
senyawa atau ion kompleks. Sedangkan anion adalah ion yang bermuatan negatif. Ion
OH- sendiri terdapat dalam senyawa basa.
Basa,
secara sederhana dapat didefenisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam
air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai
satu-satunya ion negatif (anion). Hidroksida – hidroksida logam yang larut,
seperti NaOH (natrium hidroksida) atau KOH (kalium hidroksida) hampir
berdisosiasi sempurna dalam larutan air.


[ Zn (OH)4 ]2-
Zn 2+ + 4OH- (ion tetra hidrokso zinkat II)

[ Be (OH)4 ]2-
Be 2+ + 4OH- (ion tetra hidrokso berillat
II)

2.6 Okso Kation
Okso
(O2-) adalah penamaan ligan yang mengandung oksigen dalam
senyawa kompleks. Sedangkan kation adalah unsur yang bermuatan positif (contoh
: Ni2+, Cu2+, Fe2+). Jadi okso kation adalah senyawa kompleks yang atom
pusatnya merupakan kation dan berikatan dengan ligan okso (O2-).

2.7 Asam Okso
Asam okso (oxoacid) adalah asam yang mengandung satu atom hidrogen, oksigen, dan
unsur lain (unsur pusat).
Rumus asam okso
biasanya diawali dengan H, dan diikuti dengan unsur pusat dan kemudian O.
Asam okso terurai dalam air dengan memutuskan
ikatan hidrogen-oksigen tersebut dan membentuk ion-ion hidronium (H3O+)
dan anion poliatomik. Berikut ini daftar tabel asam okso dan anionnya.
Asam okso
|
Rumus kimia
|
Anion
|
Rumus Kimia Anion
|
asam asetat
|
CH3COOH
|
asetat
|
CH3COO-
|
asam karbonat
|
H2CO3
|
karbonat
|
CO32-
|
asam klorat
|
HClO3
|
klorat
|
ClO3=
|
asam klorit
|
HClO2
|
klorit
|
ClO2-
|
asam hipoklorit
|
HClO
|
hipoklorit
|
ClO-
|
asam iodat
|
HIO3
|
iodat
|
IO3-
|
asam nitrat
|
HNO3
|
nitrat
|
NO3-
|
asam nitrit
|
HNO2
|
nitrit
|
NO2-
|
asam perklorat
|
HClO4
|
perklorat
|
ClO4-
|
asam fosfat
|
H3PO4
|
fosfat
|
PO43-
|
asam fosfit
|
H3PO3
|
fosfit
|
PO33-
|
asam sulfat
|
H2SO4
|
sulfat
|
SO42-
|
asam sulfit
|
H2SO3
|
sulfit
|
SO32-
|
Beberapa asam-asam okso tersebut
merupakan asam kuat. Misalnya HClO3 , HClO4, HBrO3,HBrO4,
HIO3, HIO4, H2SO4, HNO3. Sering kali dua
atau lebih asam okso mempunyai atom pusat yang sama tetapi jumlah atom O
berbeda. Berikut aturan pemberian nama senyawa asam okso tersebut:
·
Penambahan satu atom O pada asam “-at”
: Asamnya disebut asam “per ... –at”.
Comtoh: Menambahkan satu atom O pada
HClO3 akan mengubah asam klorat menjadi asam perklorat, HClO4.
·
Pengurangan satu atom O dari asam “-at”
: Asamnya disebut asam “-it”.
Contoh: Asam nitrat, HNO3,
menjadi asam nitrit, HNO2.
·
Pengurangan dua atom O dari asam “-at”
: Asamnya disebut asam “hipo...-it”.
Contoh: Ketika HBrO3menjadi
HBrO, asamnya disebut asam hipobromit.
2.8 Kekuatan Asam Okso
Kekuatan asam okso dapat beragam tergantung pada ukuran
keelektronegatifan, dan
bilangan oksidasi dari logam,
juga jumlah atom oksigen yang terikat pada logam.
1. Kekuatan asam okso berdasarkan
keelektronegatifan
Contohnya: HClO > HBrO> HIO
Alasannyaa karena Cl memiliki
keelektronegatifan yang lebih tinggi dari pada Br dan I. sehingga kemampuan Cl
lebih kuat untuk menarik O dari pada Br dan I, yang menyebabkan ikatan antara O
dan H menjadi lebih mudah putus dan membentuk H+. sementara
Br dan I keelektronrgatifannya lebih lemah, sehingga kemampuannya untuk menarik
O lebih kecil, menyebabkan ikatan antara O dan H tidak mudah putus dan H+
menjadi tidak mudah lepas. Semakin mudah suatu senyawa melepaskan ion H+ maka
akan semakin senyawa tersebut semakin asam. Jadi HClO lebih asam dari pada HBrO
dan HIO.
2. Kekuatan
asam okso berdasarkan kenaikan bilangan oksidasi dari logam dan jumlah oksigen
yang terikat pada logam.
• Kekuatan asamnya akan semakin besar
dengan semakin banyaknya oksigen yang terikat pada atom pusat.
• Kekuatan asam akan semakin besar
dengan semakin besarnya bilangan oksidasi atom pusat.
Contohnya: HClO< HClO2<
HClO3< HClO4
Alasannya adalah Menurut
Bronsted-Lowry asam adalah donor proton, oleh karena itu kekuatan asam
ditentukan oleh seberapa mudah suatu spesies untuk mendonorkan protonnya.
Semakin mudah suatu spesies mendonorkan protonnya maka keasamannya akan semakin
kuat begitu juga dengan sebaliknya. Mudah tidaknya suatu spesies asam untuk
mendonorkan protonnya dapat dilihat dari seberapa besar harga Ka dan seberapa
besar asam tersebut terionisasi dalam larutan.
HClO, HClO2, HClO3,
dan HClO4 yang terionisasi dalam air reaksinya adalah sebagai
berikut:




Semakin besar jumlah spesies asam
yang terionisasi maka asam tersebut akan semakin kuat dan sebaliknya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
·
Hidrolisis garam adalah penguraian garam oleh air,
atau reaksi anion atau kation suatu garam dengan air yang menghasilkan asam
atau basa.
·
Pada hidrolisis anion terjadi reaksi
garam yang kationnya berasal dari basa kuat dan anionnya dari asam lemah yang
akan terionisasi dalam air menghasilkan ion OH- sehingga larutannya
bersifat basa.
·
Hidrokso
anion merupakan penamaan untuk ion OH- yang terikat sebagai ligan
pada senyawa atau ion kompleks. Ion OH- sendiri terdapat dalam
senyawa basa.
·
Okso kation adalah senyawa kompleks yang atom pusatnya merupakan kation dan
berikatan dengan ligan okso (O2-).
·
Asam
okso (oxoacid) adalah asam yang mengandung satu
atom hydrogen, oksigen, dan unsur lain (unsur pusat).
·
Kekuatan
asam okso bergantung pada ukuran keelektronegatifan, ukuran, bilangan oksidasi dari logam, serta jumlah atom oksigen yang terikat
pada logam.