PENDAHULUAN
Air
merupakan pelarut yang baik dan bersifat universal. Air juga dikatakan sebagai
pelarut ampoterik karena memiliki sifak asam dan basa. Meskipun dikatakan
universal tetap saja air memiliki keterbatasan dalam melarutkan suatu senyawa.
Untuk asam dan basa kuat, keduanya terdisosiasi sempurna di dalam air.
Sedangkan,untuk asam dan basa lemah hanya bisa terdisosiasi sebagian. Senyawa nonpolar merupakan senyawa yang tidak
bisa dilarutkan dalam air. Untuk itu diperlukan senyawa lain selain air yang
dapat melarutkan senyawa nonpolar tersebut, pelarut selain air tersebut
biasanya disebut sebagai non aqueous
media. Titrasi dengan pelarut non-aqueous
biasanya dipakai pada asam dan basa lemah yang tidak dapat terdisosiasi di
dalam air.. Pelarut non air melibatkan interaksi asam, basa dan juga reaksi
redoks. Setiap pelarut non-aquoeus
memilki sifat yang berbeda saat dilarutkan dengan asam atau basanya.
Contohnya
pada H2SO4(Asam Sulfat) merupakan asam kuat dan dapat
dipakai untuk mendeteksi sifat dari asam lemah.
Asam kuat mungkin pada beberapa pelarut menjadi kation pada molekul
pelarutnya. Sedangkan basa kuat menjadi anion pada molekul pelarutnya. Tiap
asam dan basa kuat akan bereaksi membentuk larutan asam dan basa lemah sesuai
dengan penjelasan dari konsep Bronsted.
Beberapa
contoh senyawa non air yang akan dibahas adalah BrF3(Bromin
Trifluorida), H2SO4(Asam Sulfat) dan N2O4(Dinitrogen
Tetraoksida).
PEMBAHASAN
2.1.
Pelarut Non Aqueous
Media
Pelarut adalah suatu zat yang mengandung beberapa bahan
(material) yang digunakan untuk melarutkan bahan (material) lainnya.
Klasifikasi pelarut terbagi menjadi :
- Pelarut aqueous adalah pelarut air yang dapat melarutkan asam dan basa.
- Pelarut non aqueous adalah pelarut bukan air yang dapat melarutkan senyawa organik yang tidak dapat disosiasi oleh pelarut air.
Kategori
pelarut non air, adalah :
a.
Pelarut
protik
Pelarut
protik adalah pelarut yang dapat melepaskan ion H+ dalam air,
contohnya H2SO4.
i.
H2SO4
Memiliki nilai relative permitivity yang besar yaitu 110 pada suhu 292 K. Sebagai asam, asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan basa, menghasilkan garam sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga tembaga(II) sulfat dibuat dari reaksi antara tembaga(II) oksida dengan asam sulfat:
CuO + H2SO4 →
CuSO4 + H2O
Asam sulfat juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan
menghasilkan asam yang lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat dengan asam sulfat akan
menghasilkan asam
asetat, CH3COOH,
dan natrium bisulfat:
H2SO4 + CH3COONa
→ NaHSO4 + CH3COOH
Pengionan hasil asam sulfat dalam
pembentukan hidrogen sulfat (bisulfat) ion dan sebuah proton terlarut:
2H2SO4 H3SO4 + HSO4
b. Pelarut aprotik
Pelarut
aprotik adalah pelarut yang dalam air tidak dapat melepaskan ion H+ .
contohnya BrF3 dan N2O4
.
i.
BrF3
(Bromin
Tetrafluorida)
Pelarut
ini memiliki nilai relative permitivity yang cukup baik
yaitu 107 dan memiliki
nilai konstanta self ionisasi yang tidak cukup baik yaitu 8 x
Ionisasi yang terjadi sesuai persamaan reaksi berikut :
2BrF3
BrF2+ +
BrF4
Salah
1 contoh kereaktifan BrF3 jika terlarut dengan garam nonfluorat
seperti oksida,karbonat, nitrat, iodat dan halida lainnya sebagai berikut
Sb2O5
[BrF2+]
[SbF6-] (dalam BrF3) (1)
NOCl [NO+] [BrF4-] (dalam BrF3) (2)
Pada
garam fluorat:
SbF5
[BrF2+]
[SbF6-] (dalam BrF3) (3)
KF K+ [BrF4-] (dalam BrF3) (4)
Persamaan
reaksi 1 dan 3 bersifat asam karena membentuk ion [BrF2+]
dan persamaan 2 dan 4 bersifat basa karena membentuk ion [BrF4-]
ii.
N2O4
(Dinitrogen
Tetraoksida)
Tetroksida dinitrogen adalah oksidator kuat
yang sangat beracun dan korosif. Tetroksida
dinitrogen membentuk suatu campuran kesetimbangan dengan nitrogen dioksida. Memiliki nilai relative
permitivity yang kecil yaitu 2,42
Tetroksida dinitrogen tidak berwarna
tetapi dapat muncul sebagai cairan kuning kecoklatan karena adanya NO2
Menurut kesetimbangan berikut :
N2O4 ⇌ 2 NO2
Ionisasi yang terjadi sesuai persamaan reaksi berikut :
Contohnya: 4N2O4 + Zn → [Zn(NO3)4]2- + 2 NO+
+ 2 NO
2.2.
Sifat Asam-Basa dalam Pelarut Non Aqueous
Media
Kelemahan konsep asam basa pada Arhenius yaitu tidak
dapat menjelaskan sifat asam-basa dalam pelarut bukan air (non aqueous). Kekuatan nyata pada asam dan basa ditentukan
berdasarkan tingkat reaksinya dengan pelarut. Pelarut Nonaqueous berguna untuk
titrasi asam sangat lemah atau basa yang tidak dapat dititrasi dalam air.
Sifat asam dan basa dalam pelarut bukan air tergantung pada
pelarutnya, maksudnya adalah efek dari pelarut pada disosiasi asam
atau basa tergantung pada sifat basa
atau asam dari pelarutnya
masing-masing. Karena banyak reaksi asam-basa yang melibatkan
peningkatan atau penurunan jumlah ion dan juga dipengaruhi oleh konstanta
dielektrik dari pelarut. Contoh pelarut selain air yaitu pelarut basa dan pelarut asam.
Pelarut Basa
Pelarut basa digunakan untuk mengidentifikasi sifat keasaman pada suatu
zat. Pelarut N2O4 dan BrF3 merupakan pelarut
basa yang jarang digunakan. Teori Bronsted pada asam basa tidak dapat
diterapkan pada pelarut yang tidak mengandung H terikat. Namun, ditemukan pada
pelarut lain seperti BrF3 cair, SO2 cair dan N2O4
cair.
AgF + BrF3
Ag+ + BrF4-
SbF5 + BrF3
BrF2+ +
SbF6-
Jadi, substansi ion BrF2+
dalam pelarut BrF3 berperilaku asam dan ion BrF4-
bertindak sebagai basa.
4N2O4
+ Zn [Zn(NO3)4]2-
+ 2NO+ + 2NO
Pada persamaan reaksi di atas ,
substansi ion NO+ dalam pelarut N2O4
berperilaku asam dan ion [Zn(NO3)4]2-
bertindak sebagai basa, dan juga dari reaksi membebaskan NO.
Pelarut basa yang telah diteliti secara rinci adalah cairan amonia , yang memiliki ion produk sangat rendah [NH4+]
[NH2-] = 10 -33. Seperti yang mungkin
diharapkan, pelarut ini memiliki efek disosiasi yang ditandai pada asam.
Misalnya asetat, benzoat, nitrat, dan asam klorida semua memberi solusi dengan
asam identik properti, karena ion NH4+ meskipun
dalam air berperilaku sangat berbeda. Contoh lain yaitu etilendiamin.
Etilendiamin adalah pelarut untuk meratakan asam lemah, misalnya asam benzoat
(benar-benar terionisasi dalam pelarut ini)
Pelarut Asam
Pelarut asam kuat yang paling umum adalah asam sulfat , yang mampu memprotonasi berbagai senyawa yang mengandung oksigen atau nitrogen. Dengan
demikian, air, alkohol, eter, keton, senyawa nitro , dan sulfones semua bertindak
sebagai basa dalam asam sulfat. Pelarut
ini juga harus memiliki beberapa sifat dasar, karena produk ionik tinggi ([H3SO4+][HSO4-]=
1,7 × 10 -4), tetapi
kebasaan dari pelarut biasanya dikaburkan oleh keasaman yang sangat tinggi .
Sebagai contoh, asam
karboksilat berperilaku sebagai basa kuat dalam asam sulfat, bereaksi hampir
sepenuhnya .
Banyak zat mengalami reaksi
dalam asam sulfat yang lebih rumit daripada transfer proton sederhana, sering
menghasilkan spesies utama
karena reaktivitas kimianya. Jadi,
beberapa alkohol menghasilkan ion karbonium dalam asam sulfat, dengan
triphenylcarbinol, misalnya, reaksi
(C6H5)3COH
+ 2H2SO4 →
(C6H5)3C + + H3O + + 2HSO4 -
Asam nitrat memberikan ion
nitronium, NO2+ , menurut persamaan :
HNO3 + 2H2SO4 → NO2+ + H3O + + 2HSO4 -
Ion
ini bersifat aktif dalam nitrasi senyawa organik . Hidrogen
fluorida memiliki sifat menyerupai pelarut asam sulfat tetapi memiliki kadar keasaman yang kurang
dan memiliki sifat basa yang
diabaikan. Asam asetat merupakan pelarut asam yang telah
dipelajari secara ekstensif. Untuk
alasan ini interpretasi kuantitatif kesetimbangan asam-basa dalam asam asetat
seringkali sulit, tetapi beberapa kesimpulan umum dapat ditarik. Secara
khusus, dapat dilihat bahwa semua substansi yang lebih mendasar dalam larutan
air dari anilin bereaksi sepenuhnya dengan asam asetat sesuai dengan persamaan :
B + CH3COOH →
BH+ + CH3COO –
Contoh lain dari pelarut asam yaitu asam asetat. Asam asetat adalah pelarut
untuk menetralkan basa lemah. Amina misalnya benar-benar terionisasi dalam asam
asetat dan diratakan dengan kekuatan yang sama dari ion asetat (dasar
terkuat yang ada dalam asam asetat) .
RNH2 + HOAc RNH « 3 + + OAc –
Asam asetat glasial yang digunakan untuk titrasi amina.
2.3. Self Ionizing dan non ionizing pada Non Aqueous Media
Self-ionizing pelarut adalah zat yang dapat menghasilkan kation dan anion sendiri.
Pelarut non-air yang dapat mengion sendiri dapat diklasifikasikan sebagai:
Pelarut non-air yang dapat mengion sendiri dapat diklasifikasikan sebagai:
1) mengandung proton (NH3, HF, H2SO4,
HOSO2F)
2)
aprotik (BrF3, N2O4)
Contoh : H2SO4
→ 2H+ + SO42-
Self Non-ionizing adalah
zat yang tidak dapat menghasilkan kation dan anion sendiri sehingga butuh
senyawa lain untuk mengionkan kation dan anionnya. Contohnya yaitu cairan SO2 : pelarut yang sangat inert (tidak
mau bereaksi baik dengan senyawa organik maupun senyawa anorganik.
SIMPULAN
Walaupun air disebut sebagai pelarut
universal namun tidak semua senyawa dapat dilarutkan di dalam air. Maka digunakan non aquous
media sebagai pelarut pengganti air. Pada pelarut asam, perilaku
zatnya akan cenderung menjadi asam. Begitu pula
dengan basa yang dapat mengidentifikasi sifat keasaman pada suatu zat. Pada non aqueous media senyawa pelarutnya
dapat mengion sendiri membentuk kation dan anion .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar