1.
TUJUAN
1) Menentukan
konsentrasi dari larutan NaOH dengan baku primer asam oksalat.
2) Menetapkan
kadar suatu bahan dalam sampel asam cuka.
2.
LANDASAN
TEORI
Titrasi
alkalimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam
dengan menggunakan larutan basa sebagai standar. Reaksi yang terjadi pada
prinsipnya adalah reaksi netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H2O
netral (pH = 7) hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH-
dari suatu basa.
Reaksi
berlangsung stoikiometri apabila mgrek pentitrasi sama dengan mgrek titran,
saat ini disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek kondisi ini tidak bisa
dilihat secara visual tetapi dapat dilihat dengan bantuan indikator (asam-basa)
yang mempunyai warna yang spesifik pada ph tertentu. Seperti indicator
phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph 8,3-10. Saat tercapainya
perubahan warna pada titran disebut dengan titik titrasi.
Seperti
telah disebutkan di atas bahwa prinsip titrasi asam-basa adalah reaksi
penetralan antara asam dengan basa atau sebaliknya, maka untuk dapat melakukan
titrasi ini, kita terlebih dahulu harus memahami konsep teori asam-basa,
macam-macam reaksi penetralan dan indicator yang dapat dipakai pada titrasi
ini, sebagai berikut:
Konsep
teori asam-basa:
a.
Menurut Archenius (akhir abad ke-19)
Asam
adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+ sebagai
satu-satunya ion positif.
Contoh: HCl,
HNO3, CH3COOH, dan lain-lain.
HCl
merupakan asam kuat, dimana dalam air akan terdisosiasi sempurna:
HCl H+ + Cl-
H+ + H2O H3O+
Dari
reaksi ini terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air melainkan terikat
pada molekul H2O (kelemahan teori Archenius).
Basa
adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air, akan melepaskan ion OH-.
b.
Menurut Bronsted dan Lowry
Asam
adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton, disebut sebagai donor
proton. Basa adalah suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut sebagai
akseptor proton.
Asam proton + Basa
konjugasi
A H+ +
B
Jadi
suatu asam dapat berbentuk:
·
Molekul, misalnya: H2SO4,
HCl, CH3COOH
·
Anion, misalnya: HSO4-,
H2PO4-, CH3COO-,COO-
·
Kation, misalnya: NH4+,
C6H5NH3+, Fe (H2O)3+
Suatu
basa juga dapat berbentuk:
·
Molekul, misalnya: NH3, C2H5NH2,
H2O
·
Anion, misalnya: CH3COO-,
OH-, HPO4-2, C2H5O-
·
Kation, misalnya: Fe (H2O)5
(OH)2+
Reaksi
ini hanya terjadi bila ada suatu basa yang dapat menerima proton dari asam:
A1 B1 + H+
B2
+
H+
A2
A1 + B2 A2 + B1
A1-
B1 dan A2- B2 adalah pasangan-pasangan konjugasi asam-basa. Perpindahan proton
terjadi dari A1 ke B2 atau dari A2 ke B1. Asam kuat melepaskan proton dengan segera
sedangkan basa kuat dapat menerima proton dengan segera pula.
c.
Menurut G.N. Lewis
Asam
adalah suatu senyawa yang dapat menerima sepasang electron bebas, disebut
sebagai akseptor pasangan electron bebas.
d.
Menurut Boyle
Asam
adalah suatu zat yang mempunyai daya kemampuan melarutkan tinggi.
e.
Menurut Roult
Basa
adalah setiap zat yang bereaksi dengan asam membentuk garam
Reaksi
= Basa +
Asam Garam + H2O
f.
Menurut Liebeg
Asam
adalah senyawa yang mengandung H, yang dapat digantikan oleh logam yang akan
menghasilkan garam.
Contoh:
2HCl +
Na NaCl + H2
Larutan
standar
Dalam
alkalimetri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan konsentrasinya.
Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya
dan dipakai sebagai pereaksi.
Larutan
standar dapat digolongkan menjadi:
a.
Larutan
standar primer
larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan.
Syarat-syarat
larutan standar primer:
-
Memiliki kemurnian yang tinggi
-
Mudah diperoleh dan dikeringkan
-
Mudah diperiksa kemurniannya
-
Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah
teroksidasi oleh udara
Contoh larutan standar primer
Asam: H2SO4, H2C2O4,
C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa: Na2CO3, MgO,
Na2B4O7.
b. Larutan standar sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya
dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar primer sebagai pembanding.
Contoh: NaOH, KOH, KMnO4.
c.
Larutan
standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya
dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar sekunder sebagai pembanding.
Titrasi dan Indikator
Titrasi yaitu
suatu proses penambahan suatu larutan dari dalam buret secara sedikit demi
sedikit sampai jumlah zat-zat yang dititrasi dengan yang mentitrasi tepat
menjadi ekivalen satu sama lain. Dalam hal ini, larutan ynag berada di dalam
buret atau larutan pentitrasi disebut titran, sedangkan larutan yang akan
ditetapkan kadarnya disebut analit. Hasil titrasi disebut titrat/ titer.
3.
ALAT
DAN BAHAN
a) Alat-alat
yang digunakan:
-
Kaca arloji
-
Beaker glass 250 mL
-
Batang pengaduk
-
Spatula
-
Pipet tetes
-
Labu ukur
-
Pipet volume
-
Botol semprot
-
Erlenmeyer
-
Buret
-
Corong
-
Tisu gulung
b) Bahan-bahan
yang digunakan:
-
NaOH 0,1 N
-
Akuades
-
Indicator pp
-
Kristal asam oksalat
-
Asam cuka perdagangan
4.
PROSEDUR
KERJA
a) Pembuatan
larutan NaOH 0,1 N
1. Timbang
50 g Kristal NaOH di atas kaca arloji.
2. Masukkan
ke dalam beaker glass 250 mL dan tambahkan 50 mL air lalu aduk.
3. Diamkan
selama 2 jam setelah semua larut.
4. Ambil
6,5 mL NaOH pekat dengan pipet dan
masukkan ke dalam labu 1 liter.
5. Tepatkan
larutan pada garis batas volum dengan akuades dengan pipet tetes.
b) Pembuatan
indikator phenolftalein (pp)
1. Timbang
200 mg pp.
2. Larutkan
dalam 60 mL etanol 90%.
3. Tambahkan
air hingga volume 100 mL.
c) Pembuatan
larutan baku asam oksalat
1. Timbang
0,45 g H2C2O4 dengan tepat.
2. Larutkan
dalam labu ukur 100 mL.
d) Pembakuan
larutan NaOH 0,5 N
1. H2C2O4
dipipet dengan pipet volum sebanyak 10 mL dan masukkan ke dalam
Erlenmeyer.
2. Tambahkan
3 tetes indikator pp.
3. Titrasi
dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna.
4. Volume
NaOH yang terpakai dicatat.
5. Percobaan
diulangi sebanyak 2 kali.
e) Penetapan
kadar asam cuka
1. Timbang
2,5 g asam cuka perdagangan dalam Erlenmeyer bersumbat yang berisi air 25 mL.
2. Tambahkan
3 tetes indikator pp.
3. Titrasi
dengan larutan NaOH 0,5 N sehingga warna pink.
4. Volume
NaOH yang terpakai dicatat.
5. Percobaan
diulangi sebanyak tiga kali.
6. Hitung
kadar asam cuka.
5.
DAFTAR
PUSTAKA
Itnawita
dan Emnur, N.A. 2007. Diktat Teori
Dasar-Dasar Kimia Analisis. FMIPA-UNRI, Pekanbaru.
Khopkar,
S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tim Analitik.
2008. Penuntun Praktikum Dasar Kimia
Analisis. FMIPA-UNRI, Pekanbaru.
Thanks
BalasHapus