Selasa, 13 Agustus 2013

ALKALIMETRI



1.   TUJUAN
1)      Menentukan konsentrasi dari larutan NaOH dengan baku primer asam oksalat.
2)      Menetapkan kadar suatu bahan dalam sampel asam cuka.
2.   LANDASAN TEORI
Titrasi alkalimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam dengan menggunakan larutan basa sebagai standar. Reaksi yang terjadi pada prinsipnya adalah reaksi netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa.
Reaksi berlangsung stoikiometri apabila mgrek pentitrasi sama dengan mgrek titran, saat ini disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek kondisi ini tidak bisa dilihat secara visual tetapi dapat dilihat dengan bantuan indikator (asam-basa) yang mempunyai warna yang spesifik pada ph tertentu. Seperti indicator phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph 8,3-10. Saat tercapainya perubahan warna pada titran disebut dengan titik titrasi.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip titrasi asam-basa adalah reaksi penetralan antara asam dengan basa atau sebaliknya, maka untuk dapat melakukan titrasi ini, kita terlebih dahulu harus memahami konsep teori asam-basa, macam-macam reaksi penetralan dan indicator yang dapat dipakai pada titrasi ini, sebagai berikut:
Konsep teori asam-basa:
a.       Menurut Archenius (akhir abad ke-19)
Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+ sebagai satu-satunya ion positif.
Contoh: HCl, HNO3, CH3COOH, dan lain-lain.
HCl merupakan asam kuat, dimana dalam air akan terdisosiasi sempurna:
HCl                                    H+   +  Cl-
H+  +  H2O                        H3O+
Dari reaksi ini terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air melainkan terikat pada molekul H2O (kelemahan teori Archenius).
Basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air, akan melepaskan ion OH-.

b.      Menurut Bronsted dan Lowry
Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton, disebut sebagai donor proton. Basa adalah suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut sebagai akseptor proton.
Asam                       proton  +  Basa konjugasi
A                             H+        +  B
Jadi suatu asam dapat berbentuk:
·         Molekul, misalnya: H2SO4, HCl, CH3COOH
·         Anion, misalnya: HSO4-, H2PO4-, CH3COO-,COO-
·         Kation, misalnya: NH4+, C6H5NH3+, Fe (H2O)3+
Suatu basa juga dapat berbentuk:
·         Molekul, misalnya: NH3, C2H5NH2, H2O
·         Anion, misalnya: CH3COO-, OH-, HPO4-2, C2H5O-
·         Kation, misalnya: Fe (H2O)5 (OH)2+
Reaksi ini hanya terjadi bila ada suatu basa yang dapat menerima proton dari asam:
          A1                          B1  +  H+
B2  +  H+                          A2
A1  +  B2                          A2  +  B1
A1- B1 dan A2- B2 adalah pasangan-pasangan konjugasi asam-basa. Perpindahan proton terjadi dari A1 ke B2 atau dari A2 ke B1. Asam kuat melepaskan proton dengan segera sedangkan basa kuat dapat menerima proton dengan segera pula.
c.       Menurut G.N. Lewis
Asam adalah suatu senyawa yang dapat menerima sepasang electron bebas, disebut sebagai akseptor pasangan electron bebas.
d.      Menurut Boyle
Asam adalah suatu zat yang mempunyai daya kemampuan melarutkan tinggi.
e.       Menurut Roult
Basa adalah setiap zat yang bereaksi dengan asam membentuk garam
Reaksi = Basa  +  Asam               Garam  +  H2O
f.       Menurut Liebeg
Asam adalah senyawa yang mengandung H, yang dapat digantikan oleh logam yang akan menghasilkan garam.
Contoh: 2HCl  +  Na               NaCl  +  H2
Larutan standar
Dalam alkalimetri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan konsentrasinya. Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi.
Larutan standar dapat digolongkan menjadi:
a.      Larutan standar primer
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
-        Memiliki kemurnian yang tinggi
-        Mudah diperoleh dan dikeringkan
-        Mudah diperiksa kemurniannya
-        Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah teroksidasi oleh udara
Contoh larutan standar primer
Asam: H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa: Na2CO3, MgO, Na2B4O7.
b.      Larutan standar sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar primer sebagai pembanding.
Contoh: NaOH, KOH, KMnO4.
c.       Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar sekunder sebagai pembanding.
Titrasi dan Indikator
Titrasi yaitu suatu proses penambahan suatu larutan dari dalam buret secara sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang dititrasi dengan yang mentitrasi tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Dalam hal ini, larutan ynag berada di dalam buret atau larutan pentitrasi disebut titran, sedangkan larutan yang akan ditetapkan kadarnya disebut analit. Hasil titrasi disebut titrat/ titer.
3.   ALAT DAN BAHAN
a)      Alat-alat yang digunakan:
-        Kaca arloji
-        Beaker glass 250 mL
-        Batang pengaduk
-        Spatula
-        Pipet tetes
-        Labu ukur
-        Pipet volume
-        Botol semprot
-        Erlenmeyer
-        Buret
-        Corong
-        Tisu gulung
b)      Bahan-bahan yang digunakan:
-        NaOH 0,1 N
-        Akuades
-        Indicator pp
-        Kristal asam oksalat
-        Asam cuka perdagangan
4.   PROSEDUR KERJA
a)      Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
1.      Timbang 50 g Kristal NaOH di atas kaca arloji.
2.      Masukkan ke dalam beaker glass 250 mL dan tambahkan 50 mL air lalu aduk.
3.      Diamkan selama 2 jam setelah semua larut.
4.      Ambil 6,5 mL NaOH pekat dengan pipet  dan masukkan ke dalam labu 1 liter.
5.      Tepatkan larutan pada garis batas volum dengan akuades dengan pipet tetes.
b)      Pembuatan indikator phenolftalein (pp)
1.      Timbang 200 mg pp.
2.      Larutkan dalam 60 mL etanol 90%.
3.      Tambahkan air hingga volume 100 mL.
c)      Pembuatan larutan baku asam oksalat
1.      Timbang 0,45 g H2C2O4 dengan tepat.
2.      Larutkan dalam labu ukur 100 mL.
d)     Pembakuan larutan NaOH 0,5 N
1.      H2C2O4 dipipet dengan pipet volum sebanyak 10 mL dan masukkan ke dalam Erlenmeyer.
2.      Tambahkan 3 tetes indikator  pp.
3.      Titrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna.
4.      Volume NaOH yang terpakai dicatat.
5.      Percobaan diulangi sebanyak 2 kali.
e)      Penetapan kadar asam cuka
1.      Timbang 2,5 g asam cuka perdagangan dalam Erlenmeyer bersumbat yang berisi air 25 mL.
2.      Tambahkan 3 tetes indikator pp.
3.      Titrasi dengan larutan NaOH 0,5 N sehingga warna pink.
4.      Volume NaOH yang terpakai dicatat.
5.      Percobaan diulangi sebanyak tiga kali.
6.      Hitung kadar asam cuka.
5.   DAFTAR PUSTAKA
Itnawita dan Emnur, N.A. 2007. Diktat Teori Dasar-Dasar Kimia Analisis. FMIPA-UNRI, Pekanbaru.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tim Analitik. 2008. Penuntun Praktikum Dasar Kimia Analisis. FMIPA-UNRI, Pekanbaru.

1 komentar: